Jumat, Februari 20, 2009

Air Bangis, kota yang memiliki segudang sejarah








Beberapa hari yang lalu saya pergi liburan sekalian silaturrahim ke rumah teman di Air Bangis-Pasaman Barat. Perjalanan kesana cukup melelahkan, tapi akan terobati dengan pesona pantai, kebun-kebun sawit, karet dan kelapa. Jarak antar Padang-Air Bangis kira-kira 250 km, jika memakai bus umum (AKDP) lama perjalanan berkisar antara 5-6 jam. Untuk kondisi jalan menuju Air Bangis tak semulus jalan ke Solok. Jalannya banyak yang rusak dan sempit, sedangkan yang memakai jalan kebanyakan kendaraan truk dan fuso yang muatannya sawit, kopra, kayu serta ikan kering.

Bagi saya ini pengalaman pertama liburan ke Air Bangis. Liburan yang menyenangkan. Air Bangis merupakan kota tua yang memiliki segudang sejarah. Saat membaca beberapa buku sejarah Minangkabau saya menemukan literature tentang pelabuhan Air Bangis tempo dulu yang ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari Mancanegara. Selain itu pelabuhan Air Bangis merupakan saksi atas penyebaran agama Islam ke Sumatera Barat. Pada masa Kolonial Belanda pelabuhan Air Bangis juga merupakan salah satu pelabuhan penting di wilayah Minangkabau. Andai saja aku berkesempatan libur lama disana tentu akan aku gali informasi lisan tentang sejarah Air Bangis ini.

Disamping pelabuhan Air Bangis juga memiliki pulau-pulau serta pantai yang indah. Jumlah pulau ada sekitar 9 pulau dengan pantai yang masih asri, pulau yang terkenal antara lain yaitu pulau Panjang dan pulau Pigago. Pulau-pulau ini ada yang berpenduduk dan ada yang tidak berpenduduk serta ada yang dijadikan sebagai tempat perkebunan kelapa.

Disana, kita juga bisa menyisiri Sungai Beremas dengan sampan atau perahu motor. Menurut keterangan penduduk setempat, di sungai ini ada “pusa-pusa” yaitu air sungai yang berputar-putar membentuk lingkaran yang bisa menarik setiap benda yang lewat dipermukaan air, mirip dengan pasir hisap. Jika sampan atau perahu motor lewat dipermukaan bisa tenggelam. Ada mitos yang beredar dikalangan masyarakat tentang pusa-pusa; setiap keturunan raja-raja Air Bangis ini tidak bisa pergi berlayar baik itu di sungai maupun di laut Air Bangis. Konon kabarnya kapal raja beserta Raja Air Bangis pernah tenggelam di perairan Air Bangis sehingga arwahnya gentayangan dan mencari anak keturunan raja.

Penduduk Air Bangis memiliki beraneka ragam mata pencaharian. Seperti nelayan, petani kopra, sawit, peternak walet, dll.

Selain tempat-tempat wisata kita juga bisa menikmati makanan khas Air Bangis. Seperti gulai ikan hiu yang dimakan dengan ketupat nasi atau ketupat bakarak serta menu dari seafood seperti udang dan kepiting, sate tulang ayam, mi lidi, dan makanan tradisional yang hanya ada dijual pada hari pasar, seperti kue pandan (kue yang terbuat dari beras ketan yang dibungkus dengan daun pandan berbentuk segitiga). Jangan kaget bagi yang tidak suka pedas, karena hampir semua masakan Air Bangis dimasak memakai cabe rawit. Orang Air Bangis terbiasa memasak dengan cabe rawit. Mungkin saja ini merupakan salah satu cara untuk menghilangkan bau amis dari seafood.

Rabu, Februari 11, 2009

WATER THERAPY

Tahukah kita, bahwa lebih dari 70% tubuh kita isinya air? Air yang bergerak dalam tubuh kita tak ubahnya seperti air sungai yang mengalir terus menerus.

Air yang ada dalam tubuh kita berfungsi sebagai pengagkut makanan yang akan dibentuk menjadi sel-sel hidup yang diperlukan seluruh tubuh. fungsi air lainnya adalah mengangkut sel-sel mati untuk dibawa ketempat pembuangan.

Bila aliran air kurang lancar didalam tubuh, salah satunya bisa karena kurangnya masukan cairan kedalam tubuh keseimbangan kerja organ-organ tubuh akan terganggu dan penumpukan toksin akan meningkat yang pada akhirnya memacu munculnya berbagai penyakit. Karenanya, kurang minum bisa memacu berbagai penyakit. banyak sekali dampak yang akan ditimbulkan bila tubuh kekurangan air. Berbagai penelitian banyak dilakukan dinegara-negara maju untuk melihat manfaat air yang luar biasa dalam mencegah dan mengobati berbagai penyakit ringan maupun berat.

Cara Minum Yang Baik Dan Benar

Kebanyakan dari kita tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk minum. Kebiasaan minum disaat makan atau setelah makan tidaklah baik karena makan yang kita kunyah didalam mulut sebenarnya bercampur dengan air liur (kelenjer ludah) yang memiliki kandungan "enzim amilase" yang salah satu fungsinya adalah memudahkan penghancuran makanan dalam proses pengunyahan dan membantu menyempurnakan pengolahan makanan didalam lambung. Demikian juga ketika makanan ditelan, ia akan bercampur dengan berbagai macam enzim dan gastric juice didalam lambung (gastic juice adalah cairan yang diproduksi oleh lambung) untuk menyempurnakan pengolahan makanan.

Jadi ketika minum saat makan atau langsung sesudah makan, air yang kita minum akan memisahkan makanan yang sudah bercampur dengan berbagai macam enzim tadi. Akibatnya, proses pengolahan makanana terganggu dan tidak sempurna. Apabila proses pengolahan makanan tidak sempurna, akibatnya nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh jadi tidak maksimal; pembuangan sisa olahan tubuh jadi tehambat, yang akhirnya akan berkembang pada banyak gejala penyakit yang muncul, seperti perut kembung dan konstipasi.

Kapan Sebaiknya Kita Minum ?

Waktu minum yang baik 2 jam sebelum makan, 2 sesudah makan dan 2 jam sebelum tidur. Jadi sebaiknya ketika kita makan atau sesudah makan, kita hanya boleh minum paling banyak setengah gelas air. Itupun biasakan dikumur-kumur dulu sebelum ditelan agar air tadi bercampur dengan enzim didalam mulut. Akan tetapi akan lebih baik lagi kalau kita melatih untuk membiasakan tidak minum saat makan dan membiasakan tidak minum saat makan.

Mengapa Minum Menjelang Tidur Tidak Baik?

Apabila kita membiasakan minum menjelang tidur, ini akan membuat istirahat ginjal terganggu. Banyaknya cairan yang masuk pada malam hari akan memaksa ginjal bekerja kala ia harus istirahat dari rutinitas kerja yang melelahkan pada siang hari. Bukan hanya itu, tidur kita pun akan terganggu dengan sringnya buang air kecil pada malam hari, padahal perbaikan jaringan sel yang rusak kebanyakan dilakukan oleh tubuh pada malam hari. Kualitas tidur yang baik sangat mempengaruhi kualitas kesehatan kita pada umumnya.

Dikutip dar: Dr Husen A. Bajry, M.D., Ph.d,(2008) Tubuh Anda adalah Dokter yang Terbaik. Bandung: PT Karya Kita

Selasa, Februari 03, 2009

Al Quds Berkata: "Jika Kalian Kembali Kepada Allah..."

Datang kepadaku seorang pemuda dari Palestina. Ia duduk diatas tanah.
Aku berkata: “Duduklah diatas permadani...”
Ia menjawab: “Bagaimana aku bisa duduk diatas permadani, sementara Al-Quds tetawan ditangan manusia-manusia ‘kera’ dan ‘babi’.”
Aku berkata: “Adakah berita dari Al-Quds?”
Ia menjawab: “Aku membawa pertanyaan yang memerlukan jawaban.”
Aku berkata: “Pertanyaan apa itu?”
Ia menjawab: “Al-Quds memanggil dimana para pahlawannya? Dimana cucu Khalid, Saad dan Bilal? Wahai mereka yang telah hafal surat Al-Anfal, dimana para pahlawan perangmu?”
Aku berkata: “Mereka telah lama mati. Negeri-negeri telah lama kehilangan mereka. Mereka lalu digantikan orang-orang yang lemah semangat, tipis perhatian dan mimpi yang tak berbobot.”
Ia mengatakan: “ Kami juga menanyakan, kemana para pengusung Risalah? Dimana orang-orang pemberani? Dima orang-orang yang tak mau dihina karena mengerti harga dirinya? Mengapa anak cucu berbeda dengan ayah dan kakeknya?”
Aku berkata: “orang-orang yang tak rela dihina itu, rumahnya di masjid-masjid. Diantara orang-orang yang ruku dan sujud. Yang khusyu dan orang-orang ahli ibadah. Yang berpuasa dan berjihad. Sedangkan anak cucu mereka memiliki rumah dikafe-kafe. Di anata penyanyi dan pembuang waktu. Yang banga dengan uang. Yang terjerumus dalam kekosongan. Kecuali mereka yang dirahmati Tuhan.”
Lalu aku bertanya terburu-buru kepada pemuda itu: “Kirimkan salam kami untuk Al-Quds...Katakan padanya, kami menjadi tebusanmu wahai Al-Quds, dengan jiwa. Kapan engkau kembali kepada kami. Salam dari kami...”
Ia menjawab: (Al-Quds mengatakan:) “Jika kalian kembali kepada Allah, aku akan kembali kepada kalian. Tetapi jika kalian menjauh dari Allah, aku menjauh dari kalian.”
Aku berkata: “Kenapa umar bisa membebaskanmu?”
Ia menjawab: (Al-Quds mengatakan: ) “Karena dia pemegang sunnah, jujur dalam bicara, penegak keadilan dalam peri hidupnya.”
Aku berkata: “Lalu kenapa engkau bisa direbut kembali oleh Shalahuddin?”
Ia menjawab: (Al-Quds mengataka: ) “Karena dialah pahlawan perang Hithin. Dan dia dilindungi oleh Rabbul Alamin. Lalu dialah seorang abid dan golongan mujahidin.”
Aku berkata: “Wahai Al-Quds, mungkinkah kita bisa bertemu?”
Ia menjawab: (Al-Quds mengataka:) “Jika kalian taati Tuhan pemilik bumi dan langit. Kalian ikhlas dalam do’a. Kalian berlatih berjihad pagi dan sore. Dan kalian taubat dari seluruh kemaksiatan dan kekejian.”
Aku berkata: “Bagaiman kondisimu sekarang?”
Ia menjawab: (Al-Quds mengatakan:) “ Dalam derita dan kesedihan, dalam kegelisahan dan pilu. Terpenjara oleh jeruji para tirani. Karena ditinggalkan ahlul iman (orang-orang beriman), dan penghafal Al-Quran. Tidakah engkau lihat pipiku tercoreng lambang bintang segi enam. Keningku diinjak oleh negara Iblis. Di mana anak cucu Mush’ab bin Umair? Yang bisa menyelamatkan aku dari anak Golda Maer. Di mana orang-orang seperti Umar bin Abdul Aziz? Yang mampu membebaskan ku dari belengu Perez? Di mana para hamba-hamba agama ini? Yang bisa mengusir injakan kaki di keningku? Di mana murid-murid Abdullah bin Mas’ud? Yang dapat mengusir anak-anak ‘kera’? yang bisa mematahkan belenggu dari kakku? Akulah Al-Quds yang tertawan. Dahulu akulah cintanya Rasul saw. Dahulu aku ada dekat dalam dinding hati setiap Mukmin. Tapi sekarang aku tertimpa bala dan musibah. Aku mengalami keadaan yang sangat aneh.”
Telah berbilang tahun Palestina memanggil mereka. Namun sedikit dari mereka yang berkata: “Labbaik. Kami datang untuk membebaskanmu.” Kita, telah cukup lelah dengan mencintaiorang yang hanya berharap memuji dan mengaku-ngaku. Sementara Palestina tetap berteriak pagi dan sore.
Andai Umar bin Khattab mendengar teriakan seorang anak Palestina, yang kehilangan ayahnya dan saudaranya yang ditahan. Niscaya ia akan kerahkan bala tentaranya. Andai telinga Al Mu’tashim mendengar teriakan “Dimana umatku...” Niscaya baginya langit menjadi sempit dan bumi serasa berhimpit. Niscaya ia sendiri yang akan memimpin pasukannya.
Palestina bernasab Islam. Bukan hanya Arab. Itulah sebabnya Shalahuddin Al Ayyubi, pembebas Al-Quds, asal Qurdi. Sultan Abdul Hamid penolong Palestina, asal Turki. Sementara ada sebagian orang Arab di hari-hari perang Salib justru menjual Palestina di pasar-pasar.
Wahai Muslim Palestina. Anehkah jika kalian mampu mengalahkan Zionis, pesawat-pesawatnya, tank-tanknya, misil-misilnya? Kapankah kita pernah mengalahkan pasukan karena jimlah dan kekuatan senjata? Mereka selalu berjumlah lebih banyak dan lebih canggih persenjataannya. Demi Allah. Lihatlah Badar, lihatlah Al-Ahzab, lihatlah Yarmuk, lihatlah Al-Qadisiyah, lihatlah Hithin, lihatlah Ain Jalut. Dengan iman kita, keyakinan diri kita, kekuatan kita berpegang dengan agama. Kita telah kalahkan mereka. Maka, perangilah mereka dengan tongkat kalian, dengan batu kalian, dengan langit kalian, dengan bumi kalian, dengan para lelaki kalian, dengan kaum wanita kalian, dengan anak-anak kalian. Kita pasti akan mengang dengan izin Allah. Masa depan milik kalian. Esok yang bercahaya bersama kalian. Jika kalian bersabar dan bertaqwa.
Demi Allah, lihatlah, apakah bangsa-bangsa terjajah itu terbebas karena pertolongan bangsa lain? Bahkan bangsa-bangsa non Islam pun berperang sendiri melawan penjajahnya sampai merdeka. India tidak merdeka karena bantuan negara tetangganya atau dengan meminta-minta dengan berderai tangis ke organisasi dunia. Vietnam kalahkan Amerika dengan memberi pelajaran besar bagi AS yang terusir hina. Jepang juga demikian. Kamboja, tidak berbeda.
Lalu, lihatlah bangsa-bangsa Muslim. Apakah Aljazair merdeka dari Perancis karena bantuan negara Arab atau karena perjuangan bangsanya sendiri? Mereka memang telah persembahkan jutaan pejuang untuk merdeka. Lihatlah Afghanistan yang telah mengusir Rusia. Mereka jadikan bumi jajahan bak neraka jahim untuk penjajah. Mereka buat langit Afghanistan menjadi panas bagi penjajah. Terakhir, lihatlah Indonesia. Apakah bangsa Muslim terbesar itu merdeka dari jajahan Belanda karena bantuan negara lain, atau pahlawan-pahlawan sendiri?

Dikutip Dari: DR. Abdullah bin Aidh Al Qarni. 2008, Berteduhlah Ditaman Hati, Jakarta: Tarbawi Press