Senin, Maret 09, 2009

M Sjafe'i, Pendiri INS Kayutanam

Tulisan ini akan membahas tentang pemikiran M. Sjafe’i tentang pendidikan, berdasarkan dua pertanyaan dasar.

1. Bagaimana Latar Belakang Pemikiran M.Sjafe’i

Berbicara tentang M. Sjafe’i tidak akan bisa lepas dari Ruang Pendidik INS Kayutanam. Ruang Pendidik INS (pada awal berdiri Indonesisch Nederlansche School, sekarang Institut Nasional Sjafe’i) didirikan oleh Engku M. Sjafe’i pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayutanam, Padang Pariaman, Sumatera Barat. M. Sjafe’i mendirikan RP INS Kayutanam setelah beliau kembali dari studi di negeri Belanda.
M. Sjafe’i seorang anak angkat Marah Sutan dengan Andung Chalidjah di Kalimantan Barat tepatnya di daerah Natan. Ia menamatkan Sekolah Rakyat tahun 1908, masuk sekolah Raja (Sekolah Guru) lulus pada tahun 1914 dan kemudian mengikuti kursus guru gambar pada Bataviashe Kunstkring di Betawi, disamping itu ia juga mempelajari beberapa macam pekerjaan tangan pada tukang-tukang Indonesia di Betawi dan Bogor seperti kepandaian mengerjakan tulang, tanduk, bambu dan lain-lain.
Karena berpendapat untuk memajukan Indonesia dengan cepat kaum ibu adalah salah satu tenaga penting bagi usaha pekerjaan tangan. Setibanya di Jakarta dari Bukit Tinggi dia lalu mengajar pada sekolah Kartini di pintu Besi Gunung Sahari, Jakarta dengan Murid pada awalnnya hanya 36 orang wanita. Pada waktu itu anak-anak perempuan belum dibiasakan untuk meninggalkan rumah karena masih dalam pingitan.
Dia menjadi guru pada sekolah Kartini selama 6 tahun dan muridnya meningkat pesat menjadi 800 orang lebih ketika ditinggalkannya pada tahun 1927. Selama mengajar di sekolah kartini beliau juga diizinkan untuk mengerjakan pekerjaan tangan secara Fakultatif dan juga dia bekerja pada surat kabar harian yang diterbitkan oleh bapak angkatnya Marah Sutan dan majalah migguan untuk pembaca dewasa dan majalah anak-anak sekolah rakyat pemerintahan Hindia Belanda dan sekolah–sekolah swasta. Disela-sela kesibukannya menyempatkan diri untuk belajar menggambar. Pada tahun 1916 dia mengikuti ujian Negara untuk menjadi guru gambar pada sekolah lanjutan tingkat pertama dan lulus dengan hasil yang memuaskan.Beliau adalah anak Indonesia yang pertama yang mendapatkan Ijazah tersebut, bahkan saat menyerahkan hasil ujian Juru bicara penguji berkata :”Hasil pekerjaan beliau sangat baik seandainya tuan adalah orang Belanda tuan akan mendapatkan nilai 9 atau 10 tetapi Karena tuan bangsa pribumi kami berikan nilai 8 untuk tuan.
Beliau juga aktif dalam gerakan politik semenjak tamat sekolah di Bukit Tinggi bahkan aktif dalam Budi Utomo, membantu Wanita Putri Merdeka serta menjadi anggota partai Insulide pada tahun 1915 yang kemudian berubah menjadi Indische Partij. Dibawah pimpinan Tiga Serangkai beliau memajukan usul pada Pemerintah Hindia Belanda supaya memudahkan Bahasa Belanda bagi anak-anak Indonesia. Dalam tahun itu juga beliau mengajukan Mosi meminta pemerintah Hindia Belanda untuk membuat Parlemen bagi Indonesia. Dalam tahun 1917 pada kongres Insulide di Semarang beliau juga mengajukan usul pemerintahan Hindia Belanda untuk menukar “Punale Sanctie” (sistem kontrak terhadap kuli perkebunan Belanda) dengan perjanjian buruh merdeka namun tidak digubris oleh pemerintah Hindia Belanda.
Beliau juga turut aktif dalam gerakan Dr. A.G. Niewenhuis seorang ahli pendidikan dan bahasa untuk mengajar bahasa pada anak-anak usia 10 tahun ke atas. Dengan demikian bahasa asing dipelajari terlebih dahulu sebelum bahasa asing menjadi sendi yang kuat untuk mempelajari bahasa asing. Hal ini disebabkan karena anak-anak yang berumur 6 tahun pada sekolah HIS diajarkan bahasa Belanda yang membuat anak-anak zaman itu sangat terbebani. Gerakan itu berhasil dengan dibentuknya sekolah Schakel yang setaraf dengan HIS tapi muridnya adalah tamatan sekolah kelas 3 sekolah Bumiputra atau rakyat.
Sesudah aktif dalam berbagai bidang tersebut di Indoesia selama lebih dari 10 tahun. Dia mencoba memberi tinjauan terhadap berbagai hal tentang keadaan di Indonesia. Dia ingin menambah tinjauannya tersebut dengan sudut pandang dari luar negeri khususnya dari Balanda karena tinjauan tersebut nantinya akan membawa manfaat bagi pendidikan Indonsia juga.
M. Sjafe’i pada tanggal 31 Mei 1922 berangkat ke negeri Belanda menempuh pendidikan atas biaya sendiri. Belajar selama 3 tahun dengan memperdalam ilmu musik, menggambar, pekerjaan tangan, sandiwara termasuk memperdalam pendidikan dan keguruan. Di Belanda, dia melakuakan tinjauan ke berbagai bidang seperti Ilmu dan tinjauan masyarakat sehingga dia tidak mengikuti pelajaran kelas seperti biasa tetapi lebih banyak mendapatkan pelajaran istimewa atau Privaat-oderwijs. Dibidang pendidikan dia mendapati bahwa sekolah-sekolah swasta lebih baik dari pada sekolah pemerintah terutama pada pendidikan dasar dan menengah
Pada tahun 1925 kembali ke Indonesia untuk mengabdikan ilmu pengetahuannya pada sekolah Kartini Jakarta dan perguruan lain serta diangkat menjadi Ajunct Inspektur oleh pemerintah Hindia Belanda tetapi dia menolaknya karena ingin membuat sekolah dengan sistem sendiri. Setelah melakukan tinjauan di Indonesia dan diluar negeri maka bersama Ayahnya Marah Sutan menyusun suatu program berdasarkan beberapa pertanyaan.”Bagaimana Hendaknya bentuk pendidikan bangsa Indonesia berdasarkan keadaan yang ada dari berbagai aspek”. Sesudah itu muncullah garis arah yang penting untuk pegangan dalam melakukan pekerjaan pendidikan seperti berikut:
• Berusaha mencapai Indonesia Mulia Sempurna
• Pendidikan Umum dan Kejuruaan sedapat mungkin disatukan
• Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, Bahasa Belanda sekedar mengerti, bahasa Inggris aktif
• Kebudayaan nasional sangat dipentingkan
• Bakat dikembangkan
• Pusat pemikiran diutamakan
• Percaya dan berusaha atas tenaga sendiri
• Rasa Kekeluargaan yang mendalam.
• Biasa pada hidup sederhana
• Contoh sebagai media pendidikan
• Sebanyak mungkin pekerjaan diberikan pada pelajar sehingga mereka tidak hanya sebagai objek tetapi juga subjek
• Menjadi manusia susila, bertubuh kuat dan sehat cerdas logis serta ulet dan gigih
• Mempunyai rasa tanggung jawab terhadap keselamatan Nusa bangsa Indoesia serta berprikemanusiaan.
• Menjadi manusia kreatif aktif dan kreatif imitative dan emosional yang sehat
• Usaha-usaha didasarkan atas koperasi
• Bersegikan pengetahuaan umum yang sederajat dengan MULO atau SMP diberikan pengetahuaan Umum
• Tiga cara pengajaran dipergunakan: auditif, visual, motorik-taktil
• 50% untuk mengembangkan ilmu biasa dan 50% untuk perkembangan bakat, kejuruaan dan latihan untuk menjadi subjek
• Pelajar dibiasakan dalam dua macam keadaan, dalam keadaan serba kurang dan kecukupan


2. Bagamana Dasar Pemikiran Pendidikan M. Sjafe’i

Dasar pendidikan susunan M Sjafe’i yang dianut dan diterapkan di perguruan ini didasarkan pada falsafah yang tersimpul dalam ungkapan Minang:
- Alam terkembang jadi guru (belajarlah dari alam dan pelajarilah alam itu)
dan ucapan beliau,
- Janganlah meminta buah mangga dari pohon rambutan, tetapi jadikanlah setiap pohon berbuah manis! (setiap insan memiliki talenta berbeda)
- Jadilah engkau menjadi engkau!
Oleh karena itu, dasar pendidikan di INS Kayutanam ini adalah pengembangan potensi peserta didik dengan mendorong perkembangan bakat (talenta) yang dimiliki masing-masing dengan memberikan penguasaan ilmu pengetahuan, menumbuhkan kepribadian yang mandiri dan kreatif serta didukung oleh tumbuhnya nilai-nilai luhur yang disimpulkan sebagai akhlak mulia.
Dasar pendidikan yang dikembangkannya adalah kemasyarakatan, keaktifan, kepraktisan, serta berfikir logis dan rasional. Berkenaan dengan itulah maka isi pendidikan yang dikembangkannya adalah bahan-bahan yang dapat mengembangkan pikiran, perasaan dan keteampilan atau yang dikenal dengan istilah 3H, yaitu Head, Heart dan Hand.

DAFTAR PUSTAKA

Navis,A.A, Filsafat dan Strategi Pendidikan M.Sjafei: Ruang Pendidikan INS Kayutanam, Jakarta: Grasindo,1996
Yusra, Abrar. Otobografi A. A. Navis: Satiris & Suara Kritis Dari Daerah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994

Tidak ada komentar: