Kamis, Maret 19, 2009

Pengalaman: Melihat Upacara Pernikahan di Air Bangis

Pukul 04.10 dini hari tadi saya sampai Padang, setelah 4 hari berada di Air Bangis menghadiri undangan pernikahan adik teman. Berangkat ke Air Bangis hari Minggu malam pukul 20.15 selepas training NLP Personality Plus. Untuk pertama kali saya berani melakukan perjalanan malam sendiri tanpa teman, ada perasaan cemas, takut dan khawatir. Walaupun sudah pernah ke Air Bangis sebulan yang lalu dengan teman-teman di Alamanda tapi tetap saja dihantui oleh perasaan cemas, takut dan khawatir. Saya bertekat menguatkan keberanian untuk berangkat sendiri, demi menjalin silaturrahim, mengikat ukhuwah karena Allah, serta mengamati proses adat dan budaya setempat. Alhamdulillah perjalanan menuju Air Bangis lancar dan nyaman, karena saya duduk didepan sebelah sopir, yang seharusnya diisi oleh tiga orang tapi saya menempati tempat duduk sendiri. Sampai tujuan pukul 02 25 dini hari.

Melihat upacara pernikahan dengan berbagai macam tata cara adat setempat yang ditambah dengan tata cara modern ini merupakan pengalaman yang sangat menarik. Sayang saya tak sempat menyaksikan upacara pernikahan dari awal, karena masih dalam perjalanan. Seperti pelaksanaan ritual malam-malam ba inai bagi anak daro atau mempelai perempuan dan upacara basiram bagi marapulai. Sebelum ijab kabul, anak daro dan marapulai meminta maaf dan restu terlebih dahulu kepada kedua orang tua serta keluarga. Selanjutnya ijab kabul dilaksanakan dirumah anak daro, untuk melaksanakan ijab kabul, marapulai diarak kerumah anak daro dengan pengiring yang membawa anak pohon pisang dan tebu. Uniknya, ijab kabul dilaksanakan pada malam hari sekitar pukul 23.00 dan selesai pada pukul 02.00 dini hari. Setelah itu marapulai di arak kembali ke rumah diiringi oleh musik talempong dan dendang. Saat saya sampai, saya sempat menyaksikan talempong dan dendang yang dimainkan sampai pukul 03.30 dini hari.

Hari Senin, diadakan pesta pernikahan dan upacara tagak gala dirumah marapulai. Saya melihat dalam pesta pernikahan ini, ada terjadi akulturasi dan asimilasi budaya. Seperti pembagian tempat makan berdasarkan tamu yang hadir. ada tamu yang diundang dengan surat undangan dan tamu yang diundang secara lisan. Tamu yang diundang dengan surat undangan, biasanya merupakan kerabat jauh atau teman-teman kerja, tempat makannya memakai tenda, meja dan kursi yang dihidang prasmanan mulai pukul 11 pagi sampai pukul 03 sore. Tamu yang diundang secara lisan, merupakan kerabat dekat, tempat makan didalam rumah yang dihidang secara tradisional memakai seprah—kain putih, untuk jadwalnya dibagi berdasarkan jenis kelamin, untuk yang perempuan atau disebut Si Pangka dari pukul 10 pagi sampai pukul 01 siang, dan yang laki-laki ini merupakan kalangan Ninik-Mamak dari pukul 01 siang sampai pukul 03.30 sore. Upacara tagak gala dilaksanakan saat Ninik-mamak hadir ke rumah marapulai.

Juga terlihat pembauran antara adat Minang dengan adat Melayu dan Cina, yang bisa dilihat melalu hiasan pelaminan dan pernak pernik pesta pernikahan.

Keterangan:
Malam-malam ba inai: acara pemakaian inai atau pewarna kuku yang terbuat dari daun pacar
Anak daro : mempelai perempuan
Marapulai
: mempelai laki-laki
Tagak gala : Pemberian gelar untuk mempelai laki-laki, seperti gelar Sutan, Bagindo, Sidi, dll gelar ini menandai bahwa dia sudah menikah dan dipakai dalam upacara adat.

Tidak ada komentar: