Selasa, Maret 31, 2009

Andaikan Doraemon & Mesin Waktu Benar-Benar Nyata

Siapa yang tak kenal dengan Doraemon ? Hampir semua sahabat-sahabatku di Alamanda menjadi penggemar tokoh kartun Jepang yang satu ini. Doraemon, si robot kucing dengan kantong ajaib yang bisa mengeluarkan benda-benda aneh nan canggih tuk membantu Nobita, telah memberi inspirasi kepada ku untuk menulis ini. Diiringi oleh instrument Crystal-Toshikazu, ingatan ku melayang melintas ruang dan waktu, menuju ke masa lalu, mengenang masa-masa kecil ku, saat masih tinggal "dibawah lindungan" Ayah-Bunda ku…

Aku jadi ingat dengan Doraemon si robot kucing, salah satu tokoh kartun kegemaran ku. Andaikan Doraemon benar-benar nyata, akan aku pinta padanya untuk mengeluarkan mesin waktu. Aku akan kembali ke waktu 5 tahun yang lalu, dimana waktu itu ayahku masih hidup. Aku hanya ingin menyampaikan satu hal kepada beliau, “Ayah, aku mencintai mu…terima kasih ayah, engkau telah merawat dan membesarkan aku dengan sangat baik”. Satu kalimat yang tak pernah terucapkan dari bibir ku untuk ayah semasa hidupnya.

Ayah, engkau telah menjadikan aku begitu istimewa, di rumah mu aku begitu spesial. Aku heran, kenapa bisa seperti ini ? Aku pikir, tak ada yang spesial dari ku, hampir tak ada prestasi yang membanggakan yang aku persembahkan untuk mu ayah. Seingat ku prestasi terakhir yang aku persembahkan untuk mu, yaitu saat aku diterima kuliah di dua Universitas yang cukup bergengsi di pulau Sumatera. Bagi ku ini prestasi yang biasa-biasa saja, bukanlah prestasi yang hebat. Tapi aku melihat ada senyum bahagia dan bangga dibibir mu.

Karena aku lulus di dua Universitas, muncul masalah baru, bimbang menentukan kuliah di Universitas mana ? Aku harus memilih untuk kuliah di fakultas ekonomi atau fakultas ilmu-ilmu sosial ? Saat itu aku lebih memilih untuk kuliah di fakultas ekonomi sesuai dengan minat ku, menjadi wanita karir. Tapi engkau menginginkan aku untuk menjadi guru yang mendidik orang dari tak tau menjadi tau, aku urung mendaftar kuliah di fakultas ekonomi karena tak ingin mengecewakan mu ayah. Akhirnya aku mendaftar di fakultas ilmu-ilmu sosial yang konsentrasi terhadap pendidikan, mencetak tenaga guru. Tapi berat bagi ku untuk menjalani kuliah yang tak sesuai dengan minat ku. Dalam mindset ku, tanggungjawab guru sangatlah berat, beda dengan profesi lain, tak sebanding antara tanggungjawab dengan penghasilan yang didapatkan.

Astaghfirullah, saat itu pikiran ku terlalu picik. Hanya mengukur materi, yang merupakan kebahagiaan sesaat. Tak pernah terpikirkan oleh ku bahwa guru sangat kaya, guru terus memberi tanpa kekurangan. Sekarang aku menyesal baru tersadar. Aku juga telah mengecewakan mu ayah, maafkanlah aku…

Ayah, maafkanlah putri mu yang tak sempat bahagiakan mu…
Ya Robbi, aku mohon pada Mu, ampunilah segala dosanya. Ya Robbi, ku pinta pada Mu jadikanlah ia ahli syurga mu. Ya Robbi, izinkanlah kami tuk berkumpul kembali, bahagia selalu di syurga Mu…

Ayah, aku mencintai mu… Terima kasih untuk air mata, kesabaran dan cinta tulus yang telah engkau curahkan pada ku. Ayah, engkau pahlawan ku, yang tak pernah berbalas waktu… Ayah, walaupun jasad mu telah lapuk dimakan waktu, namun engkau terus hidup didalam sanubari dan ingatan ku. Kenangan bersama mu kan tetap menjadi kisah hidup ku.

Putri mu, yang selalu merindukan mu…

Kamis, Maret 26, 2009

Jadwal Rihlah Alamanda yang Di Tunda

Menurut perencanaan, hari ini Wisma Alamanda akan mengadakan Rihlah Gabungan, namun batal. Dengan berbagai macam pertimbangan Acara Rihlah Gabungan ditunda sampai 19 April 2009. Salah satu alasan ditundanya acara rihlah gabungan ini, karena persiapan panitia dan tempat yang belum clear.

Bagi Alumni Alamanda bisa ikutan Rihlah Gabungan yang diadakan pada 19 April 2009

Sabtu, Maret 21, 2009

Masa Taaruf Alamanda (MASTAMA) "Bangkitlah Wismaku Harapan Itu Masih Ada"... bagian 1


Sabtu (21/03) pukul 16:30 rangkaian acara puncak MASTAMA Periode 89 dibuka secara resmi oleh Naqibah Alamanda Dua, dengan tema “Bangkitlah Wismaku Harapan Itu Masih Ada”. Mars MASTAMA kali ini terinspirasi dari nasyid Bangkitlah-Shautul Harakah, “Bangkitlah wismaku harapan itu masih ada, Berjuanglah akhwatku jalan itu masih terbentang”. Harapan kami, semua anggota wisma ini bisa untuk terus melanjutkan perjuangan da’wah islam kedepan.

MASTAMA, yaitu akronim dari Masa Taaruf Alamanda, ini merupakan ajang taaruf bagi anggota baru dan ajang silaturrahim antara sesama anggota Wisma Alamanda Satu, Dua dan Tiga. Rangkaian acara ini dimulai dari taaruf anggota baru dengan anggota lama, berupa pengumpulan biodata dan tanda tangan anggota wisma lama oleh anggota wisma baru, minimal sebanyak 60 orang dalam waktu 1 bulan. Acara ini merupakan sejarah baru dalam sejarah perjalanan Wisma Alamanda ke depan.

Rangkaian acara puncak MASTAMA diawali dengan penyampaian materi kewismaan oleh Ustadzah Desi Asriani. Pemateri merupakan tim trainer LPPM-SB. Sebelum materi dimulai terlebih dahulu diadakan stimulasi yang intinya memaparkan tentang masalah-masalah atau kendala-kendala yang ditemukan selama tinggal di wisma. Masing-masing anggota wisma diminta untuk menuliskan sebanyak 3 masalah yang ditemukan dalam wisma. Dari tulisan yang dipaparkan ternyata banyak yang mengeluhkan permasalahan akhlak yang kurang baik, ibadah yang menurun dan ukhuwah yang hanya dibibir saja. Astaghfirullah, benarkah di wisma ini terjadi penurunan kwalitas ? Lalu bagaimana dengan visi wisma “Mewujudkan kepribadian muslimah yang islami" ? Masih adakah itu ? Bangkitlah wismaku harapan itu masih ada, Berjuanglah akhwatku jalan itu masih terbentang, Allahuakbar !!!

Acara selanjutnya break sholat Magrib berjamaah, makan malam bersama dan sholat Isya berjamaah. Acara dilanjutkan ba’da Isya, pementasan kreatifitas angota baru, berupa nasyid dan drama, yang dinilai oleh Juri dari Alumni Alamanda. Untuk pementasan kreativitas anggota baru dibagi dalam empat kelompok, yaitu kelompok Wahidah, PKS (Pa Kabar Sobat), Wonder Woman dan terakhir kelompok Mujahidah.

Tak disangka ternyata pementasan kreatifitas anggota baru wisma sangat menghibur dan begitu kreatif. Seperti kelompok Wahidah yang mementaskan drama tentang “problematika wisma”. Mengisahkan proses penyesuaian diri anggota baru selama tinggal dilingkungan wisma yang memiliki peraturan super ketat, yakni peraturan mengenai larangan pacaran, larangan memakai dan menonton TV di lingkungan wisma, menerima telfon, hp dan sms dari non-muhrim yang dibatasai dari pukul 05:30-21:00, dll.

Bentuk kreatifitas akhwat yang lain, yaitu pementasan randai—kesenian tradisional Minangkabau yang dipadu dengan drama. Serta adanya nasyid rubahan lirik Teman Sejati-Brothers:

Salamo iko kami cari-cari
Rumah nan sarugo
Batingkek tigo murah bayianyo

Ba sobok kini Alamanda Tigo
Rancak rumahnyo
Ramah akhwatnyo

Iyo hati sanang…
Ibadah tanang…
Oh…sabana manang…
Alhamdulillah...


Pementasan kreatifitas anggota baru wisma berakhir pada pukul 22:00. Sebelum acara ditutup ada request dari anggota baru, yaitu penampilan kreatifitas dari anggota lama. Menanggapi permintaan ini, anggota lama hanya menampilkan nasyid dan puisi dadakan, yaitu nasyid Untukmu Teman-Brothers, Doa Perpisahan-Brothers, Indahnya Ukhuwah & Harapan-Andalusia serta Ukhuwah-Suara Persaudaraan. Rangkaian acara puncak MASTAMA selesai pukul 22:30, masih ada satu rangkaian acara terakhir yaitu Rihlah Gabungan Alamanda yang akan dilaksanakan pada 26 Maret 2009. Dalam rihlah gabungan ini akan diumumkan pemenangan lomba pementasan kreatifitas dan pengukuhan Mujahidah Alamanda Periode 89.

Kamis, Maret 19, 2009

Pengalaman: Melihat Upacara Pernikahan di Air Bangis

Pukul 04.10 dini hari tadi saya sampai Padang, setelah 4 hari berada di Air Bangis menghadiri undangan pernikahan adik teman. Berangkat ke Air Bangis hari Minggu malam pukul 20.15 selepas training NLP Personality Plus. Untuk pertama kali saya berani melakukan perjalanan malam sendiri tanpa teman, ada perasaan cemas, takut dan khawatir. Walaupun sudah pernah ke Air Bangis sebulan yang lalu dengan teman-teman di Alamanda tapi tetap saja dihantui oleh perasaan cemas, takut dan khawatir. Saya bertekat menguatkan keberanian untuk berangkat sendiri, demi menjalin silaturrahim, mengikat ukhuwah karena Allah, serta mengamati proses adat dan budaya setempat. Alhamdulillah perjalanan menuju Air Bangis lancar dan nyaman, karena saya duduk didepan sebelah sopir, yang seharusnya diisi oleh tiga orang tapi saya menempati tempat duduk sendiri. Sampai tujuan pukul 02 25 dini hari.

Melihat upacara pernikahan dengan berbagai macam tata cara adat setempat yang ditambah dengan tata cara modern ini merupakan pengalaman yang sangat menarik. Sayang saya tak sempat menyaksikan upacara pernikahan dari awal, karena masih dalam perjalanan. Seperti pelaksanaan ritual malam-malam ba inai bagi anak daro atau mempelai perempuan dan upacara basiram bagi marapulai. Sebelum ijab kabul, anak daro dan marapulai meminta maaf dan restu terlebih dahulu kepada kedua orang tua serta keluarga. Selanjutnya ijab kabul dilaksanakan dirumah anak daro, untuk melaksanakan ijab kabul, marapulai diarak kerumah anak daro dengan pengiring yang membawa anak pohon pisang dan tebu. Uniknya, ijab kabul dilaksanakan pada malam hari sekitar pukul 23.00 dan selesai pada pukul 02.00 dini hari. Setelah itu marapulai di arak kembali ke rumah diiringi oleh musik talempong dan dendang. Saat saya sampai, saya sempat menyaksikan talempong dan dendang yang dimainkan sampai pukul 03.30 dini hari.

Hari Senin, diadakan pesta pernikahan dan upacara tagak gala dirumah marapulai. Saya melihat dalam pesta pernikahan ini, ada terjadi akulturasi dan asimilasi budaya. Seperti pembagian tempat makan berdasarkan tamu yang hadir. ada tamu yang diundang dengan surat undangan dan tamu yang diundang secara lisan. Tamu yang diundang dengan surat undangan, biasanya merupakan kerabat jauh atau teman-teman kerja, tempat makannya memakai tenda, meja dan kursi yang dihidang prasmanan mulai pukul 11 pagi sampai pukul 03 sore. Tamu yang diundang secara lisan, merupakan kerabat dekat, tempat makan didalam rumah yang dihidang secara tradisional memakai seprah—kain putih, untuk jadwalnya dibagi berdasarkan jenis kelamin, untuk yang perempuan atau disebut Si Pangka dari pukul 10 pagi sampai pukul 01 siang, dan yang laki-laki ini merupakan kalangan Ninik-Mamak dari pukul 01 siang sampai pukul 03.30 sore. Upacara tagak gala dilaksanakan saat Ninik-mamak hadir ke rumah marapulai.

Juga terlihat pembauran antara adat Minang dengan adat Melayu dan Cina, yang bisa dilihat melalu hiasan pelaminan dan pernak pernik pesta pernikahan.

Keterangan:
Malam-malam ba inai: acara pemakaian inai atau pewarna kuku yang terbuat dari daun pacar
Anak daro : mempelai perempuan
Marapulai
: mempelai laki-laki
Tagak gala : Pemberian gelar untuk mempelai laki-laki, seperti gelar Sutan, Bagindo, Sidi, dll gelar ini menandai bahwa dia sudah menikah dan dipakai dalam upacara adat.

Kamis, Maret 12, 2009

Lukisan alam Mu nan megah... iringi daku tuk sujud bermuhasabah...

Robb, aku takjub dengan lukisan alam Mu nan megah. Pagi ini aku sedang menikmati indahnya mentari pagi dibalkon. Maha Suci Engkau ya Robb, yang telah mengatur alam semesta ini tanpa merasa kesusahan..
Duhai Robb, betapa halusnya Engkau mengatur jagad raya ini, sehingga mataku tidak bisa menangkap perubahan bentuk awan di angkasa. Robb, aku adalah hamba Mu yang lemah lagi faqir, ilmu yang aku miliki tidak lah sebanding dengan ilmu Mu yang Maha Luas. Aku kerdil di hadapan Mu, salah satu bukti kekerdilan ku yaitu ketika langit Mu berubah, mataku tidak bisa jeli untuk menangkap perubahan itu. Dari ba'da subuh aku berdiri di balkon ini, memandang langit yang semula kelam, kemudian muncul cahaya remang-remang dan sekarang telah menjadi terang-benderang.
Terima kasih ya Allah...Engkau telah memberi aku kesempatan untuk menyaksikan lukisan alam Mu nan megah, yang mengiringi daku tuk sujud bermuhasabah...
Aku menyadari tidak semua hamba Mu yang ada di bumi ini punya kesempatan yang sama dengan aku, bisa menikmati lukisan alam Mu. Ada di antara hamba Mu yang hidup didunia ini yang ditakdirkan tak bisa melihat...karena ini Robb, ilhamkanlah kepada ku untuk senantiasa bersyukur pada Mu atas nikmat yang telah Engkau curahkan kepada ku. Sebagai mana Engkau mengilhamkan rasa syukur kepada Sulaiman As dan hamba-hamba Mu yang sholeh yang telah mendahului aku. Robb, masukanlah aku ke dalam golongan hamba Mu yang sholeh...

Senin, Maret 09, 2009

M Sjafe'i, Pendiri INS Kayutanam

Tulisan ini akan membahas tentang pemikiran M. Sjafe’i tentang pendidikan, berdasarkan dua pertanyaan dasar.

1. Bagaimana Latar Belakang Pemikiran M.Sjafe’i

Berbicara tentang M. Sjafe’i tidak akan bisa lepas dari Ruang Pendidik INS Kayutanam. Ruang Pendidik INS (pada awal berdiri Indonesisch Nederlansche School, sekarang Institut Nasional Sjafe’i) didirikan oleh Engku M. Sjafe’i pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayutanam, Padang Pariaman, Sumatera Barat. M. Sjafe’i mendirikan RP INS Kayutanam setelah beliau kembali dari studi di negeri Belanda.
M. Sjafe’i seorang anak angkat Marah Sutan dengan Andung Chalidjah di Kalimantan Barat tepatnya di daerah Natan. Ia menamatkan Sekolah Rakyat tahun 1908, masuk sekolah Raja (Sekolah Guru) lulus pada tahun 1914 dan kemudian mengikuti kursus guru gambar pada Bataviashe Kunstkring di Betawi, disamping itu ia juga mempelajari beberapa macam pekerjaan tangan pada tukang-tukang Indonesia di Betawi dan Bogor seperti kepandaian mengerjakan tulang, tanduk, bambu dan lain-lain.
Karena berpendapat untuk memajukan Indonesia dengan cepat kaum ibu adalah salah satu tenaga penting bagi usaha pekerjaan tangan. Setibanya di Jakarta dari Bukit Tinggi dia lalu mengajar pada sekolah Kartini di pintu Besi Gunung Sahari, Jakarta dengan Murid pada awalnnya hanya 36 orang wanita. Pada waktu itu anak-anak perempuan belum dibiasakan untuk meninggalkan rumah karena masih dalam pingitan.
Dia menjadi guru pada sekolah Kartini selama 6 tahun dan muridnya meningkat pesat menjadi 800 orang lebih ketika ditinggalkannya pada tahun 1927. Selama mengajar di sekolah kartini beliau juga diizinkan untuk mengerjakan pekerjaan tangan secara Fakultatif dan juga dia bekerja pada surat kabar harian yang diterbitkan oleh bapak angkatnya Marah Sutan dan majalah migguan untuk pembaca dewasa dan majalah anak-anak sekolah rakyat pemerintahan Hindia Belanda dan sekolah–sekolah swasta. Disela-sela kesibukannya menyempatkan diri untuk belajar menggambar. Pada tahun 1916 dia mengikuti ujian Negara untuk menjadi guru gambar pada sekolah lanjutan tingkat pertama dan lulus dengan hasil yang memuaskan.Beliau adalah anak Indonesia yang pertama yang mendapatkan Ijazah tersebut, bahkan saat menyerahkan hasil ujian Juru bicara penguji berkata :”Hasil pekerjaan beliau sangat baik seandainya tuan adalah orang Belanda tuan akan mendapatkan nilai 9 atau 10 tetapi Karena tuan bangsa pribumi kami berikan nilai 8 untuk tuan.
Beliau juga aktif dalam gerakan politik semenjak tamat sekolah di Bukit Tinggi bahkan aktif dalam Budi Utomo, membantu Wanita Putri Merdeka serta menjadi anggota partai Insulide pada tahun 1915 yang kemudian berubah menjadi Indische Partij. Dibawah pimpinan Tiga Serangkai beliau memajukan usul pada Pemerintah Hindia Belanda supaya memudahkan Bahasa Belanda bagi anak-anak Indonesia. Dalam tahun itu juga beliau mengajukan Mosi meminta pemerintah Hindia Belanda untuk membuat Parlemen bagi Indonesia. Dalam tahun 1917 pada kongres Insulide di Semarang beliau juga mengajukan usul pemerintahan Hindia Belanda untuk menukar “Punale Sanctie” (sistem kontrak terhadap kuli perkebunan Belanda) dengan perjanjian buruh merdeka namun tidak digubris oleh pemerintah Hindia Belanda.
Beliau juga turut aktif dalam gerakan Dr. A.G. Niewenhuis seorang ahli pendidikan dan bahasa untuk mengajar bahasa pada anak-anak usia 10 tahun ke atas. Dengan demikian bahasa asing dipelajari terlebih dahulu sebelum bahasa asing menjadi sendi yang kuat untuk mempelajari bahasa asing. Hal ini disebabkan karena anak-anak yang berumur 6 tahun pada sekolah HIS diajarkan bahasa Belanda yang membuat anak-anak zaman itu sangat terbebani. Gerakan itu berhasil dengan dibentuknya sekolah Schakel yang setaraf dengan HIS tapi muridnya adalah tamatan sekolah kelas 3 sekolah Bumiputra atau rakyat.
Sesudah aktif dalam berbagai bidang tersebut di Indoesia selama lebih dari 10 tahun. Dia mencoba memberi tinjauan terhadap berbagai hal tentang keadaan di Indonesia. Dia ingin menambah tinjauannya tersebut dengan sudut pandang dari luar negeri khususnya dari Balanda karena tinjauan tersebut nantinya akan membawa manfaat bagi pendidikan Indonsia juga.
M. Sjafe’i pada tanggal 31 Mei 1922 berangkat ke negeri Belanda menempuh pendidikan atas biaya sendiri. Belajar selama 3 tahun dengan memperdalam ilmu musik, menggambar, pekerjaan tangan, sandiwara termasuk memperdalam pendidikan dan keguruan. Di Belanda, dia melakuakan tinjauan ke berbagai bidang seperti Ilmu dan tinjauan masyarakat sehingga dia tidak mengikuti pelajaran kelas seperti biasa tetapi lebih banyak mendapatkan pelajaran istimewa atau Privaat-oderwijs. Dibidang pendidikan dia mendapati bahwa sekolah-sekolah swasta lebih baik dari pada sekolah pemerintah terutama pada pendidikan dasar dan menengah
Pada tahun 1925 kembali ke Indonesia untuk mengabdikan ilmu pengetahuannya pada sekolah Kartini Jakarta dan perguruan lain serta diangkat menjadi Ajunct Inspektur oleh pemerintah Hindia Belanda tetapi dia menolaknya karena ingin membuat sekolah dengan sistem sendiri. Setelah melakukan tinjauan di Indonesia dan diluar negeri maka bersama Ayahnya Marah Sutan menyusun suatu program berdasarkan beberapa pertanyaan.”Bagaimana Hendaknya bentuk pendidikan bangsa Indonesia berdasarkan keadaan yang ada dari berbagai aspek”. Sesudah itu muncullah garis arah yang penting untuk pegangan dalam melakukan pekerjaan pendidikan seperti berikut:
• Berusaha mencapai Indonesia Mulia Sempurna
• Pendidikan Umum dan Kejuruaan sedapat mungkin disatukan
• Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, Bahasa Belanda sekedar mengerti, bahasa Inggris aktif
• Kebudayaan nasional sangat dipentingkan
• Bakat dikembangkan
• Pusat pemikiran diutamakan
• Percaya dan berusaha atas tenaga sendiri
• Rasa Kekeluargaan yang mendalam.
• Biasa pada hidup sederhana
• Contoh sebagai media pendidikan
• Sebanyak mungkin pekerjaan diberikan pada pelajar sehingga mereka tidak hanya sebagai objek tetapi juga subjek
• Menjadi manusia susila, bertubuh kuat dan sehat cerdas logis serta ulet dan gigih
• Mempunyai rasa tanggung jawab terhadap keselamatan Nusa bangsa Indoesia serta berprikemanusiaan.
• Menjadi manusia kreatif aktif dan kreatif imitative dan emosional yang sehat
• Usaha-usaha didasarkan atas koperasi
• Bersegikan pengetahuaan umum yang sederajat dengan MULO atau SMP diberikan pengetahuaan Umum
• Tiga cara pengajaran dipergunakan: auditif, visual, motorik-taktil
• 50% untuk mengembangkan ilmu biasa dan 50% untuk perkembangan bakat, kejuruaan dan latihan untuk menjadi subjek
• Pelajar dibiasakan dalam dua macam keadaan, dalam keadaan serba kurang dan kecukupan


2. Bagamana Dasar Pemikiran Pendidikan M. Sjafe’i

Dasar pendidikan susunan M Sjafe’i yang dianut dan diterapkan di perguruan ini didasarkan pada falsafah yang tersimpul dalam ungkapan Minang:
- Alam terkembang jadi guru (belajarlah dari alam dan pelajarilah alam itu)
dan ucapan beliau,
- Janganlah meminta buah mangga dari pohon rambutan, tetapi jadikanlah setiap pohon berbuah manis! (setiap insan memiliki talenta berbeda)
- Jadilah engkau menjadi engkau!
Oleh karena itu, dasar pendidikan di INS Kayutanam ini adalah pengembangan potensi peserta didik dengan mendorong perkembangan bakat (talenta) yang dimiliki masing-masing dengan memberikan penguasaan ilmu pengetahuan, menumbuhkan kepribadian yang mandiri dan kreatif serta didukung oleh tumbuhnya nilai-nilai luhur yang disimpulkan sebagai akhlak mulia.
Dasar pendidikan yang dikembangkannya adalah kemasyarakatan, keaktifan, kepraktisan, serta berfikir logis dan rasional. Berkenaan dengan itulah maka isi pendidikan yang dikembangkannya adalah bahan-bahan yang dapat mengembangkan pikiran, perasaan dan keteampilan atau yang dikenal dengan istilah 3H, yaitu Head, Heart dan Hand.

DAFTAR PUSTAKA

Navis,A.A, Filsafat dan Strategi Pendidikan M.Sjafei: Ruang Pendidikan INS Kayutanam, Jakarta: Grasindo,1996
Yusra, Abrar. Otobografi A. A. Navis: Satiris & Suara Kritis Dari Daerah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994