Selasa, Maret 31, 2009

Andaikan Doraemon & Mesin Waktu Benar-Benar Nyata

Siapa yang tak kenal dengan Doraemon ? Hampir semua sahabat-sahabatku di Alamanda menjadi penggemar tokoh kartun Jepang yang satu ini. Doraemon, si robot kucing dengan kantong ajaib yang bisa mengeluarkan benda-benda aneh nan canggih tuk membantu Nobita, telah memberi inspirasi kepada ku untuk menulis ini. Diiringi oleh instrument Crystal-Toshikazu, ingatan ku melayang melintas ruang dan waktu, menuju ke masa lalu, mengenang masa-masa kecil ku, saat masih tinggal "dibawah lindungan" Ayah-Bunda ku…

Aku jadi ingat dengan Doraemon si robot kucing, salah satu tokoh kartun kegemaran ku. Andaikan Doraemon benar-benar nyata, akan aku pinta padanya untuk mengeluarkan mesin waktu. Aku akan kembali ke waktu 5 tahun yang lalu, dimana waktu itu ayahku masih hidup. Aku hanya ingin menyampaikan satu hal kepada beliau, “Ayah, aku mencintai mu…terima kasih ayah, engkau telah merawat dan membesarkan aku dengan sangat baik”. Satu kalimat yang tak pernah terucapkan dari bibir ku untuk ayah semasa hidupnya.

Ayah, engkau telah menjadikan aku begitu istimewa, di rumah mu aku begitu spesial. Aku heran, kenapa bisa seperti ini ? Aku pikir, tak ada yang spesial dari ku, hampir tak ada prestasi yang membanggakan yang aku persembahkan untuk mu ayah. Seingat ku prestasi terakhir yang aku persembahkan untuk mu, yaitu saat aku diterima kuliah di dua Universitas yang cukup bergengsi di pulau Sumatera. Bagi ku ini prestasi yang biasa-biasa saja, bukanlah prestasi yang hebat. Tapi aku melihat ada senyum bahagia dan bangga dibibir mu.

Karena aku lulus di dua Universitas, muncul masalah baru, bimbang menentukan kuliah di Universitas mana ? Aku harus memilih untuk kuliah di fakultas ekonomi atau fakultas ilmu-ilmu sosial ? Saat itu aku lebih memilih untuk kuliah di fakultas ekonomi sesuai dengan minat ku, menjadi wanita karir. Tapi engkau menginginkan aku untuk menjadi guru yang mendidik orang dari tak tau menjadi tau, aku urung mendaftar kuliah di fakultas ekonomi karena tak ingin mengecewakan mu ayah. Akhirnya aku mendaftar di fakultas ilmu-ilmu sosial yang konsentrasi terhadap pendidikan, mencetak tenaga guru. Tapi berat bagi ku untuk menjalani kuliah yang tak sesuai dengan minat ku. Dalam mindset ku, tanggungjawab guru sangatlah berat, beda dengan profesi lain, tak sebanding antara tanggungjawab dengan penghasilan yang didapatkan.

Astaghfirullah, saat itu pikiran ku terlalu picik. Hanya mengukur materi, yang merupakan kebahagiaan sesaat. Tak pernah terpikirkan oleh ku bahwa guru sangat kaya, guru terus memberi tanpa kekurangan. Sekarang aku menyesal baru tersadar. Aku juga telah mengecewakan mu ayah, maafkanlah aku…

Ayah, maafkanlah putri mu yang tak sempat bahagiakan mu…
Ya Robbi, aku mohon pada Mu, ampunilah segala dosanya. Ya Robbi, ku pinta pada Mu jadikanlah ia ahli syurga mu. Ya Robbi, izinkanlah kami tuk berkumpul kembali, bahagia selalu di syurga Mu…

Ayah, aku mencintai mu… Terima kasih untuk air mata, kesabaran dan cinta tulus yang telah engkau curahkan pada ku. Ayah, engkau pahlawan ku, yang tak pernah berbalas waktu… Ayah, walaupun jasad mu telah lapuk dimakan waktu, namun engkau terus hidup didalam sanubari dan ingatan ku. Kenangan bersama mu kan tetap menjadi kisah hidup ku.

Putri mu, yang selalu merindukan mu…

2 komentar:

Hidup penuh amal Sholeh mengatakan...

semoga beliau dilapangkan kuburnya... amin....

Reni mengatakan...

Amin...amin...ya Robbal'alamin